Ini adalah tanahku,
tolong izinkanlah aku untuk sekedar berkabung sebagai tanda duka dan biarakalah
aku untuk sekedar mengusap air mataku. Aku hanya ingin mengibarkan bendera
setengah tiang setiap hari di halaman rumahku sendiri.
Sejuk, hijau melambai
dedaunan, angin berhembus membunyikan
suara lemah riuh, gemericik air sungai mengalir menuju ke tempat peraduan,
inilah hutan hujan dimana daun jatuh
dengan izin-Nya. Indah negeri serpihan surga anugrah Tuhan menjadikannya
rebutan. Siapapun berhak atas surga janji Tuhan ini.
Pukul tujuh pagi, keadaan begitu sangat cerah, burung- burung mulai berkicau menyambut mentari pagi. Disudut sana seorang kakek yang sudah tua renta berjalan dengan tergopoh-gopoh membawa sebuah tas kulit coklat yang sudah usang.
Konon kabarnya kakek tua tersebut adalah mantan pejuang kemerdekaan yang mempertahankan kota Surabaya ketika tentara sekutu ingin merebut dan menjajah kembali tanah air ini.. para pemuda bersama-sama angkat senjata, termasuk kakek tua renta itu, untuk satu tujuan yakni merdeka seutuhnya
Pertempuran sangat sengit sekali, kota surabaya membara, , jalan-jalan diduduki satu per satu, dari satu pintu ke pintu lainnya. Mayat dari manusia, kuda-kuda, kucing-kucing serta anjing-anjing bergelimangan di selokan-selokan. Gelas-gelas berpecahan, perabot rumah tangga, kawat-kawat telephon bergelantungan di jalan-jalan , suara pertempuran menggema di tengah gedung-gedung kantor yang kosong,
Pereprangan terjadi selama tiga minggu dengan ganas, orang-orang bersenjatakan seadanya termasuk pisau-pisau belati menyerang tank-tank tak terkecuali termasuk kakek tua itu, dengan gagah berani berjuang sekuat tenaga, namum pada akhrinya kota Surabaya Jatuh, kemudian para pejuang meninggalkan Surabaya dan membuat garis pertahanan baru mulai dari Mojokerto di Barat hingga ke arah Sidoarjo di Timur.
Pukul tujuh pagi, keadaan begitu sangat cerah, burung- burung mulai berkicau menyambut mentari pagi. Disudut sana seorang kakek yang sudah tua renta berjalan dengan tergopoh-gopoh membawa sebuah tas kulit coklat yang sudah usang.
Konon kabarnya kakek tua tersebut adalah mantan pejuang kemerdekaan yang mempertahankan kota Surabaya ketika tentara sekutu ingin merebut dan menjajah kembali tanah air ini.. para pemuda bersama-sama angkat senjata, termasuk kakek tua renta itu, untuk satu tujuan yakni merdeka seutuhnya
Pertempuran sangat sengit sekali, kota surabaya membara, , jalan-jalan diduduki satu per satu, dari satu pintu ke pintu lainnya. Mayat dari manusia, kuda-kuda, kucing-kucing serta anjing-anjing bergelimangan di selokan-selokan. Gelas-gelas berpecahan, perabot rumah tangga, kawat-kawat telephon bergelantungan di jalan-jalan , suara pertempuran menggema di tengah gedung-gedung kantor yang kosong,
Pereprangan terjadi selama tiga minggu dengan ganas, orang-orang bersenjatakan seadanya termasuk pisau-pisau belati menyerang tank-tank tak terkecuali termasuk kakek tua itu, dengan gagah berani berjuang sekuat tenaga, namum pada akhrinya kota Surabaya Jatuh, kemudian para pejuang meninggalkan Surabaya dan membuat garis pertahanan baru mulai dari Mojokerto di Barat hingga ke arah Sidoarjo di Timur.
Keberanian beliau tidak diragukan lagi, maka dari itu ia diangkat menjadi pemimpin satu kompi pasukan gerilya. dengan bermodalkan bekas senjata tentara Jepang yang telah menyerah, Ia diberi tugas untuk sobotase setiap perbekalan tentara musuh
Pagi hari sebuah infomasi penting dari warga diberitakan bahwa tentara musuh sedang membangun pos pertahanan. Mereka membawa logisitik, dari persenjataan maupun bahan makanan, kabar itu langsung diterima, dengan tindakan cepat ia langsung melapor kepada atasannya untuk membuat keputusan untuk menyerang
Segera setelah mendapatkan perintah ia menyusun siasat dan strategi penyergapan, dibantu oleh sang adik yang bernama Suryo, ia mengambarkan peta lokasi jalur yang akan dilewati tentara musuh. Jalan dipasagi dinamit dan bom. beberapa orang anak buah juga telah siap menyergap dari atas bukit.
Semua anak buahnya menunggu aba-aba hitungan ketiga darinya, semua penuh konsentrasi dalam orerasi ini, setelah hitungan ketiga, Bommm.. suara ledakan terdengar nyaring tepat mengenai tank tentara musuh hingga roda terlepas, semua tentara musuh terpencar dan menunduk siap pada posisi tempur, sementara tentara pejuang memberondong tembakan dari atas bukit-bukit kecil. Para penjuang terus menembaki para tentara musuh yang belindung pada tank yang mulai terbakar. Pertempuran sangat sengit di kedua balah pihak, satu persatu tentra musuh tewas terkena tembakan para tentara pejuang begitu pula beberapa pejuang tewas terkena peluru tanjam mereka.
Suara tembakan dari musuh sontak berhenti, dengan aba-aba darinya para pasukan pejuang menghentikan tembakan juga, hening seketika, terdengar suara api yang menyala-nyala, bau-bau angus mesiu tercium sangat pekat di hidung. Neraka kecil tampak jelas di mata.
Memang inilah resiko perjuangan harus dihadapi, namun yang lebih memukul batinnya adalah ketikan sang adik Suryo mengorbankan nyawa untuknya saat Prajurit sekutu yang sekarat menembakan pistol kearahnya, dengan respon cepat sang adik menghadang dengan bandanya, lalu tewas seketika.
Kabar buruk datang kepadanya, anak dan istrinya ditawan tentara sekutu, lalu dibunuh karena tidak mau meberitahu akan persembunyiannya. Duka terus-menrus mengalir padanya, tak hanya dirinya namun juga semua para pejuang meraskan hal yang sama.
Sebagai tanda duka yang mendalam, bendera setengah tiang dikibarkan, semua hening mengusap air mata yang menetes, perjuangan ini belum berakhir. Bendera ini tidak boleh berkibar setengah, bendera harus tegak berdiri menjadi negara yang berdaulat. Itulah mimpi indah para pejuang.
Perundingan demi perundingan mencapai titik terang, dimplomasi para pemimpin mengantarkan bangsa ini menjadi bangsa yang berdaulat seutuhnya, dunia mengakui akan keberadaan negeri ini. Rakyat menyambut kemenangan . Semua bergembira atas anugrah ini
Sampai saat ini kakek tua itu masih berkabung atas apa yang menimpanya, sehingga setiap pagi dia tetap mengibarkan bendera setengah tiang di halaman rumahnya sebagai hal yang harus dikenang. Beberapa orang mencibirnya. Tak ada satupun yang tahu atas apa yang dia pejuangkan dahulu, tak ada piagam penghargaan apapun yang diterima, sumua teman perjuangan telah tiada. Kini tak ada yang kenal denganya
Dua hari lalu kakek tua itu menerima surat agar segera mengosongkan rumahnya karena telah menduduki tanah pemerintah tanpa izin.
Lalu datang sunyum generasi penerus mengendari traktor menghancurkan rumah kakek tua itu, kini tak ada lagi bendera setengah tiang berkibar di halaman rumahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar