Untuk suatu alasan semua hal memiliki nama.
Andaikan saja aku mempunyai nama yang bagus, mungkin aku orang paling bahagia
di dunia ini, namun apalah arti sebuah nama ? pikirku.
Hari
ini sangat mencekam, semua diliputi dengan kepanikan. Aku terkurung di penjara,
entah apa yang terjadi pada diriku hari ini sungguh sangat sial, namun apakah mungkin
sebuah nama membuat nasibku sama jeleknya? Sempat terbesit dipkiranku untuk
mengganti namaku, namun biaralah namaku seperti ini.
Aku
terjaring operasi besar-besaran yang digelar oleh Polisi karena beberapa jam
lalu bom telah meledak di sebuah gereja yang merenggut banyak nyawa manusia melayang
dimana para jema’at sedang melakukan kebaktian minggu.
Mulailah
aku diinterogasi polisi. Aku mendapat perlakuan yang tidak layak. Beberapa dari
mereka berpangkat cukup tinggi. Mereka
ditugaskan untuk mendapatkan informasi dariku, entah infomasi apa yang
diinginkannya, akupun tidak mengetahuinya.
“Siapa namamu?” tanya polisi padaku. “Namaku
Jelek Pak, tegasku”!, pukulan tepat
mengenaiku pelipis kiri mataku, “ Kamu
meledek saya ? tanya polisi dengan nada tinggi !, “Sumpah demi Allah nama saya
Jelek, Pak! “Jika nama kamu jelek, ayo katakan siapa ? Aku mulai merintih
kesakitan dan air mata mulai bercucuran karena tidak sanggup menahan kepedihan
ini, “ saya tanya sekali lagi, siapa
namamu ?”Ampun Pak!, nama saya memang Jelek. Tendangan kaki kanan menghujam
tepat dimukaku.
Beredar
kabar di media nasional kelompok teroris bertanggung jawab atas kejadian ini. Terdengar
suara ramai tempat dimana aku dipenjara, seseorang telah tertangkap dengan
pengamanan super. Polisi berbaris dengan senjata dan penutup kepala ketat
menjaganya, ternyata aktor utama peledakan bom telah tertangkap.
Dengan
standar prosedur interogasi yang dilakukan polisi, sang aktor utama peledakan
dimintai keterangan mengenai seputar peledakan. Identitas pelaku peledakan
diketahui bernama Muslimin Rahmatan Lil’alamin yang berarti orang-orang muslim
pemberi rahmat bagi seluruh semesta alam, sungguh nama yang bagus. Aku juga
seorang muslim, tentunya aku ingin mempunyai nama sebagus dirinya.
Polisi
membeberkan semua bukti-bukti yang mengarah padanya. Sang pelaku jujur
mangatakan bahwa dia yang merencanakan dan bertanggung jawab atas peledakan.
Dia melakukan peledakan bukan tanpa alasan, namun disertai dengan keyakinan dan
keimanan yang kuat, ada juga sebagian orang mendukungnya serta menjadikannya
sebagai pahlawan. Atas alasan apapun membunuh orang lain itu tidaklah
dibenarkan pikirku.
Sementara
itu terlihat seorang wanita cantik bersama dengan pengacaranya sedang asik berbicara
dengan seoarang polisi yang tadi mendendangku tadi. Sepertinya mereka sangat
akrap sekali. Setelah aku pandangi wanita tersebut, wajahnya tidak begitu asing
bagiku. Dia sering muncul di berbagai televisi nasional karena idealisme dan
program-program yang berpihak terhadap rakyat kecil. Aku teringat bahwa dia
bernama Aminah yaitu orang yang dapat dipecaya, sungguh bagus namanya, sangat
sesuai nama yang dia miliki dengan kepribadiannya pikirku. Dia adalah artis
sekaligus wakil rakyat negeri ini, namun untuk apa wanita secantik dia berada
di kantor polisi ? tanyaku dalam hati.
Aku
sempat berpikir kehadiran Aminah di penjara ini untuk membela orang-orang kecil
sepertiku, namun apa boleh dikata ternyata dia terlibat kasus korupsi dana
pengentasan kemiskinan yang dia canangkan dan programkan sendiri. Aminah mendapat
perlakuan yang layak, semua hak-haknya dapat terpenuhi sebagai tersangka,
terkadang ada beberapa polisi berpangakat
cukup tinggi menghampiri untuk sedekar memberikan perhatian khusus seakan- akan
dia akan membatu kasus yang menimpanya
dengan tulus.
Setelah
seharian aku dikantor polisi, keluargaku mengunjungiku. Meraka sangat kaget
atas kejadian yang menimpaku. Mereka pikir aku terlibat kejahatan besar. Polisi
megatakan aku tidak membawa identitas diri saat berkendara. Polisi mencurigai
aku sebagai gerombolan pencuri kendaraan bermotor serta sebagai penyandang dana
untuk kegiatan terorisme.
Aku
didampingi dengan keluargaku menjelaskan bahwa hari ini aku memang sangat
terburu-buru sehingga dompetku tertingal kerena segera harus menjemput
saudaraku dari kampung. Aku memberikan semua identitas yang dibawa oleh
keluargaku kepada polisi guna penyelidikian lebih lanjut. Setelah diselidiki
KTP,SIM dan STNK milikku memang bernama Jelek sesuai dengan pengakuanku.
Aku
mengisi surat pernyataan bahwa tidak akan melakukan perbuatan tersebut lagi. Aku
mengisi juga keras kosong yang harus aku tanda tangani serta uang jaminan. Aku
juga dikenakan wajib lapor, kemudian barulah aku dibebaskan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar