Selasa, 06 November 2012

Nama Saya Jelek….


Untuk suatu alasan semua hal memiliki nama. Andaikan saja aku mempunyai nama yang bagus, mungkin aku orang paling bahagia di dunia ini, namun apalah arti sebuah nama ? pikirku.
 
Hari ini sangat mencekam, semua diliputi dengan kepanikan. Aku terkurung di penjara, entah apa yang terjadi pada diriku hari ini sungguh sangat sial, namun apakah mungkin sebuah nama membuat nasibku sama jeleknya? Sempat terbesit dipkiranku untuk mengganti namaku, namun biaralah namaku seperti ini.
Aku terjaring operasi besar-besaran yang digelar oleh Polisi karena beberapa jam lalu bom telah meledak di sebuah gereja yang merenggut banyak nyawa manusia melayang dimana para jema’at sedang melakukan kebaktian minggu.
Mulailah aku diinterogasi polisi. Aku mendapat perlakuan yang tidak layak. Beberapa dari mereka berpangkat cukup tinggi.  Mereka ditugaskan untuk mendapatkan informasi dariku, entah infomasi apa yang diinginkannya, akupun tidak mengetahuinya.
“Siapa namamu?” tanya polisi padaku. “Namaku Jelek Pak, tegasku”!, pukulan tepat mengenaiku pelipis kiri mataku, “ Kamu meledek saya ? tanya polisi dengan nada tinggi !, “Sumpah demi Allah nama saya Jelek, Pak! “Jika nama kamu jelek, ayo katakan siapa ? Aku mulai merintih kesakitan dan air mata mulai bercucuran karena tidak sanggup menahan kepedihan ini, “ saya tanya sekali lagi, siapa namamu ?”Ampun Pak!, nama saya memang Jelek. Tendangan kaki kanan menghujam tepat dimukaku.
Beredar kabar di media nasional kelompok teroris bertanggung jawab atas kejadian ini. Terdengar suara ramai tempat dimana aku dipenjara, seseorang telah tertangkap dengan pengamanan super. Polisi berbaris dengan senjata dan penutup kepala ketat menjaganya, ternyata aktor utama peledakan bom telah tertangkap.
Dengan standar prosedur interogasi yang dilakukan polisi, sang aktor utama peledakan dimintai keterangan mengenai seputar peledakan. Identitas pelaku peledakan diketahui bernama Muslimin Rahmatan Lil’alamin yang berarti orang-orang muslim pemberi rahmat bagi seluruh semesta alam, sungguh nama yang bagus. Aku juga seorang muslim, tentunya aku ingin mempunyai nama sebagus dirinya.
Polisi membeberkan semua bukti-bukti yang mengarah padanya. Sang pelaku jujur mangatakan bahwa dia yang merencanakan dan bertanggung jawab atas peledakan. Dia melakukan peledakan bukan tanpa alasan, namun disertai dengan keyakinan dan keimanan yang kuat, ada juga sebagian orang mendukungnya serta menjadikannya sebagai pahlawan. Atas alasan apapun membunuh orang lain itu tidaklah dibenarkan pikirku.
Sementara itu terlihat seorang wanita cantik bersama dengan pengacaranya sedang asik berbicara dengan seoarang polisi yang tadi mendendangku tadi. Sepertinya mereka sangat akrap sekali. Setelah aku pandangi wanita tersebut, wajahnya tidak begitu asing bagiku. Dia sering muncul di berbagai televisi nasional karena idealisme dan program-program yang berpihak terhadap rakyat kecil. Aku teringat bahwa dia bernama Aminah yaitu orang yang dapat dipecaya, sungguh bagus namanya, sangat sesuai nama yang dia miliki dengan kepribadiannya pikirku. Dia adalah artis sekaligus wakil rakyat negeri ini, namun untuk apa wanita secantik dia berada di kantor polisi ? tanyaku dalam hati.
Aku sempat berpikir kehadiran Aminah di penjara ini untuk membela orang-orang kecil sepertiku, namun apa boleh dikata ternyata dia terlibat kasus korupsi dana pengentasan kemiskinan yang dia canangkan dan programkan sendiri. Aminah mendapat perlakuan yang layak, semua hak-haknya dapat terpenuhi sebagai tersangka, terkadang ada beberapa polisi  berpangakat cukup tinggi menghampiri untuk sedekar memberikan perhatian khusus seakan- akan dia akan membatu  kasus yang menimpanya dengan tulus.
Setelah seharian aku dikantor polisi, keluargaku mengunjungiku. Meraka sangat kaget atas kejadian yang menimpaku. Mereka pikir aku terlibat kejahatan besar. Polisi megatakan aku tidak membawa identitas diri saat berkendara. Polisi mencurigai aku sebagai gerombolan pencuri kendaraan bermotor serta sebagai penyandang dana untuk kegiatan terorisme.
Aku didampingi dengan keluargaku menjelaskan bahwa hari ini aku memang sangat terburu-buru sehingga dompetku tertingal kerena segera harus menjemput saudaraku dari kampung. Aku memberikan semua identitas yang dibawa oleh keluargaku kepada polisi guna penyelidikian lebih lanjut. Setelah diselidiki KTP,SIM dan STNK milikku memang bernama Jelek sesuai dengan pengakuanku.
Aku mengisi surat pernyataan bahwa tidak akan melakukan perbuatan tersebut lagi. Aku mengisi juga keras kosong yang harus aku tanda tangani serta uang jaminan. Aku juga dikenakan wajib lapor, kemudian barulah aku dibebaskan.
 
20 april 2012

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar