Selasa, 06 November 2012

Aquarium meja belajar…..

Aku adalah sebuah ruang untuk melengkapi, tugasku adalah sebagai penghias dan pemanis dari ruangan lain, Letakku memang sengaja berada diatas meja belajar. Aku adalah benda mati yang tak bergerak. Aku adalah saksi bisu dari kehidupan. Orang – orang biasanya memanggilku dengan nama Aquarium



Aku adalah kotak berukuran 45 cm x 20 cm  berwarna transparan yang terbuat dari plastik. Beberapa dari jenisku mungkin juga  terbuat dari kaca. aku mempunyai macam–macam ukuran, ada yang besar dan kecil, tergantung dari selera pembuatnya. Sebagai ruang saya cukup untuk menampung sesuatu di dalamnya. Aku berasal dari pasar disekitar jatinegara dimana para pedagang memberjual-belikan diriku. Aku hanya pasrah saja ketika dihargai beberapa uang puluhan ribu rupiah sebagai gantinya.

Setelah tawar menawar usai, pemilik baruku memasukanku ke dalam bungkusan lalu berjalan ke sekitar pasar untuk mencari beberapa barang yang diperlukan Dia membeli beberapa batu-batu berwana dan karang untuk nantinya ditempatkan, kemudian membeli sebuah lampu neon ukuran 10 cm berdaya 5 watt, setelah itu gelembung udara serta alat penyaring air lengkap dengan busanya. Dia  memang berniat untuk menjadikanku tempat yang menarik.



Lengkaplah sudah barang-barang belanjaannya. Dia bergegas ke tempat lain masih di pasar yang sama, tibalah pada sebuah toko ikan hias Pak Subur yang memang cukup terkenal, selain murah toko ini terbilang lengkap, segala macam ikan hias dapat dijumpai di tempat ini. Pemiliku berencana mencari ikan hias apa yang cocok untuk melengkapi semua barang-barang yang telah dibeli.

 
Dia melihat sebuah aquarium besar dimana terisi oleh berbagai macam ikan hias, disana beberapa ekor ikan mas koki menari dan berjoget layaknya penyanyi dangut bergoyang, gerak tubuh mereka sangat gemulai dan sungguh mengemaskan. Mereka berenang ke kiri dan ke kanan, lalu ke atas dan ke bawah. Ketika pemiliku mendekat, semua ikan mulai menghampirinya. Mereka menunjukan kebolehannya masing-masing, namun diantara ikan-ikan tersebut ada ikan yang paling menonjol, yakni ikan mas koki yang berwana keemasan dan kehitaman. Keduanya sangat lincah bergoyang, perut yang buncit dan mata yang belo kemudian dipadu-padankan dengan sirip dan buntut yang agak panjang membuat ikan ini sangat istimewa dibandingkan ikan-ikan lainnya. Terbesit dipikirannya untuk segera membeli mereka berdua. Setelah dia pikir kembali dengan matang, keragu-raguan muncul dibenaknya, lantas dia memutuskan untuk membatalakan membeli ikan-ikan tersebut.

Untuk kali pertama dia terpana oleh  penyu air tawar.  Penyu ini lebih mengemaskan dari pada ikan mas koki yang barusan dilihatnya. Penyu ini tergolong masih sangat muda, diperkirakan umurnya sekitar 5 bulan. Dipandanginya dengan serius, sang penyu pun menyambutnya dengan suka cita. Pemiliku tertawa lepas seakan beban pikirannya hilang sesaat, mungkin inikah yang dinamakan dengan berjodoh, pas dihati, tanpa pikir panjang dia langsung membeli penyu tersebut.

 
*****

Di kamar yang tak besar dibilangan fatmawati, tempat yang cukup nyaman dimana pemiliku tinggal, disanalah aku dibawa, semua barang yang telah dibeli kemudian diturukan dan dibuka. Mulailah aku ditata. Aku ditempatkan di atas meja belajar di sudut dimana ruang masih tersisa. Dirangkainya satu persatu lantas memasukanku beberapa liter air secukupnya, batu batu berwarna serta karang, beberapa gengam pasir, kemudian yang terakhir penyaring air, gelembung udara dan lampu neon dinyalakannya

Sudah sekitar satu jam lamaya sang penyu berada di dalam plastik ukuran 1 kg yang  berisi air dan udara. Sang penyu agak pucat karena berada di ruang sempit. Pemilikku memindahkan penyu ke dalam diriku. Sang penyu pun merasa aneh untuk pertama kalinya namun setelah beberapa menit berlalu penyu dapat menyesuaikan denganku

Sekali seminggu pemiliku membersihkanku dan merawatku, setiap kotoran yang muncul langsung dia bersihkan. Aku dijadikannya tempat yang sangat indah dimana si penyu tinggal. Setiap pagi sebelum pemiliku memulai aktifitasnya dan malam hari ketika menjelang tidur, pemiliku selalu memberi makan sang penyu secukupnya, entah apa yang pemlikku bicarakan kepada si penyu dan diriku, bahasa yang tidak dimengerti. Akupun juga tak mengerti apa yang penyu ucapkan dan pemiliku bicarakan. Kami mempunyai bahasa sendiri, walaupun tidak mengerti satu sama lainya. kami disatukan dengan bahasa yang universal, yakni  tanda, isyarat dan kasih sayang, itulah yang membuat kami saling mengerti.

Sang penyu nampak sehat dan  bersemangat, apapun yang diperintahkannya selalu penyu penuhi. Pemiliku sangat terhibur setiap kali melihatnya. Dia selalu memperhatikan perkembangannya. Setiap hari ada saja yang penyu itu perbuat, gerakannya selalu dimanis dan sikapnya selalu manis. Pemiliku tambah sayang terhadapnya.

 
“ Jems, bagus juga aqurimumnya ?”tanya temannya.

“ Ah, biasa aja, lumanyan buat penghias dan pemanis ruangan kamar ini

“ Memang sangat cocok sih ditaruh diatas meja belajar ?

“ Iya, memang sengaja ditaruh disana.

“ Siapa nama penyu ini ?

“ Namanya Adrian.

Adrian sangat lincah ketika temannya berkunjung, dengan sekejap penyu ini menjadi pusat perhatian, memang sangat mengasikkan berada di dekatnya. Adrian selalu memberikan penampilan terbaiknya. Prilakunya yang polos dan lugu meminta untuk diperhatikan dan disayangi. Keceriaan yang Adrian tampilkan membuat siapa saja yang melihatnya menjadi terhibur.

Di dalam diriku Adrian berenang-renang dari sudut satu ke sudut lainnya, keseharianya diliputi dengan kegembiraan, ketentraman dan kebahagiaan. Sang penyu mengangguk-angguk menghampiri gelembung-gelembung udara untuk dipecahkan, ini dilakukannya berulang kali, gelembung-gelembung udara adalah mainan favoritnya, setelah berhasil memecahkanya lalu Adrian tertawa layaknya anak kecil tertawa terbahak- bahak. Gelembung-gelembung udara ini bagaikan balon warna-warni baginya. Adrian tak pernah bosan untuk memainkan gelembung udara tersebut. beginilah tingkah Adrian sang penyu air tawar ini

Pagi  ini adalah hari senin dimana hari pertama untuk memulai aktifitas. Pemiliku memang orang yang sangat rajin dalam berkerja dan merupakan karyawan teladan serta asset berharga bagi perusahaannya. Pemiliku menghampiriku, lalu menyentuh Adrian dengan lembut untuk sekedar berkata;

“Selamat Pagi Adrian, Ayo bangun dan makanlah sarapanmu!

“Aku buatkan makanan kesukaanmu.

“Ayo makanlah!

Adrian terbangun dari tidurnya, kemudian menyapanya dengan senyuman yang khas dan  menari untuk pemilikku, lantas melahap santapan paginya. Adrian menunjukan sesuatu yang lebih hari ini, pagi yang jarang sekali ditampilkan olehnya. Dia memberikan aura positif serta dorongan semangat kepada pemiliku. ketika sudah berpuas diri dengannya, kemudian pemiliku berangkat bekerja seperti biasanya dengan penuh keceriaan.

Adrian sibuk sekali dengan aktifitasnya pagi ini, siapapun tak dapat mencegah apa yang dikerjakanya. Tanpa terasa waktu berjalan cepat, kalau sudah begini biasanya Adrian bersandar pada karang lantas berdiam sejenak, namun ada hal yang aneh ketika adrian beristirahat. Tak bisanya penyu ini hanya berdiam tanpa suara apa pun, yang terdengar hanya suara jantungnya yang berdetak, nafasnya mulai sedikit berkurang.

Aku curiga dan khawatir ada apa dengannya? Adrian tampak lemas dan layu, entah apa yang diperbuat olehnya, Adrian hanya diam, tak sekalipun bergerak, terdengar suara sayup-sayup dan merintik kesakitan. Aku hendak ingin sekali meyentuhnya dengan lembut, namun apa daya aku hanyalah benda mati yang tak sanggup untuk berbuat apapun. Adrian mulai merintih lagi. Akupun tak kuasa untuk menolongnya. Adrian terjatuh dari karang, badannya terbalik dan tidak dapat bangun kembali. Aku melihat dan mendengar nafas terkahir yang dihembusakanya. Aku hanya bisu. Adrian sudah terbujur kaku didalam diriku.

Tak ada ada lagi kebahagiaan dalam diriku. Adrian telah pergi meninggalkan semua keceriannya. Pemiliku sangat terpukul atas kepergiannya. Dia hanya bisa menepuk dada dan menarik nafas dalam-dalam. Adrian diangkat olehnya dari dalam diriku, kemudian dimasukanya ke dalam plastik berwarna hitam dan membuangnya ke tong sampah seakan tidak terjadi apa-apa.

Sudah dua bulan sejak kematian Adrian, air dalam diriku sudah mulai keruh. Aku hanyalah sebuah tempat yang mencekam, kotor, dan bau. Aku menjadi ruang yang tidak terpakai dan tak berguna. Pemikiku juga sudah lupa akan tempat yang dulunya sangat indah dan menarik. Kini aku telah hancur berkeping-keping menyatu dengan alam dan tak seorang pun mengetahui akan keberadaanku sekarang.  

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar