Kemana lagi nich
bung..? lantas salah
satu teman menjawab Kawah Ijen bagus tuh, berangkat
apa nich ? ya udah sip jadi, begitulah kira-kira percakapan awalnya. Sekali
lagi dengan pengaruh dan kharisma yang saya miliki akhirnya berempat kami
berpetualang kembali.
Pertama-pertama perjalanan dimulai dari Jakarta menuju
Surabaya dengan menumpang Kereta Ekonomi Gaya Baru Malam Selatan. Tiketya Rp 38.500
aja. Sorry nich bukanya kaga punya duit
naek kereta ekonomi, namun keinginan kami sederhana aja, Cuma pengen bisa
ngeroko aja pada saat perjalanan. Tak diduga dan tak disangka juga ternyata
kereta ekomomi yang kami tumpangi ini semua gerbongnya ber AC, kami sempat Tanya
dan clingak-clinguk pada petugas, beliau menjawab memang sekarang kereta
ekonomi jarak jauh memakai AC. Ini sudah 2 minggu diuji-cobakan, kemungkinan tarif
tiket akan disesuaikan. Pupus deh kaga bisa klepas-klepus
di kereta.
Lanjut kami turun di stasiun Wonokromo tepat pukul 3.00 pagi,
kami sengaja turun disana karena jika turun di stasiun Gubeng terlalu jauh
untuk ke terminal Bungur/Purabaya, setelah turun kami naek taxi resmi yang
sudah disediakan pengelola stasiun Wonokromo, untuk menuju terminal taxi tersebut
dibandrol dengan harga 40.000rebyu aja.
Sampai di terminal bungur/purabaya kami istirahat, makan dan
sambil meluruskan badan yang agak-agak melintir akibat naek kereta ekonomi yang
bangkunya 90 derajat itu. Lanjut naek bus jurusan Banyuwangi Rp 50.000 rebu,
tak perlu khawatir bus-bus yang kesana cukup banyak, jadi tak perlu risau untuk
kehabisan bus.
Setelah 9 jam perjalanan dari Surabaya ahkirnya sampai kota
Bayuwangi, turun di terminal Karang Ente Banyuwangi sudah dikerunbungi oleh
para fans alias calo-calo, lantas kami memutuskan menyewa mobil Range Rover
untuk menuju pos 1 pendakian ke kawah ijen yaitu paltuding dengan harga 700.000 antar-jemput plus
keliling kota Banyuwangi
Sampai pos 1 paltuding sungguh disayangkan penginapan sudah
terisi semua, dan kami disarankan untuk menginap di warung saja tanpa bayar ,
namun setelah kami pikir lagi tampak kurang nyaman dan aman, lantas kami
mencari informasi kesana-sini, akhirnya salah satu penambang memberitahu bahwa
di pos 2 ada tempat kosong yang bisa ditempati.
Lanjut belom istirahat sama sekali kami harus mendaki dari
pos 1 menuju pos 2 pendakian. Jalan menuju kesana sangat curam, berkelok dan
selalu nanjak. Untuk menuju ke pos 2 memakan waktu 2 jam, ini karena kebanyakan
istirahat, jantung dan kaki rasanya mau copot..
Untuk menuju ke danau dan tempat blue fire, pengunjung harus
menuruni bebatuan tebing kaldera melalui jalan setapak yang juga biasanya
dilalui oleh para penambang. Sapu tangan basah sangat diperlukan disini karena
seringkali arah angin bertiup membawa asap menuju ke jalur penurunan oleh
karena itu untuk menuju kesana harus ada pemandu,
Air kawah cukup tenang dan berwarna hijau kebiru-biruan.
Pemandangan di sana terlihat begitu menakjubkan di pagi hari. Benar-benar
pengalaman yang tak terlupakan… selamat mencoba